MOVE, move, MoVe,mOvE, M_O_V_E, M.O.V.E

•April 14, 2010 • Leave a Comment

MOVE TO

http://historinasafitri.wordpress.com/

thanks for reading my blog


please change ur link

to my new blog,,,


http://historinasafitri.wordpress.com/

thanks for your cooperation

keep READING… 😀 😀 😀


•April 14, 2010 • Leave a Comment

MOVE TO

http://historinasafitri.wordpress.com/

thanks for reading my blog


please change ur link to my new blog,,,


again http://historinasafitri.wordpress.com/

thanks for your cooperation

keep READING… 😀 😀 😀


•April 14, 2010 • Leave a Comment

MOVE TO

http://historinasafitri.wordpress.com/

thanks for reading my blog

please change ur link to my new blog,,,

again http://historinasafitri.wordpress.com/

thanks for your cooperation

keep READING… 😀 😀 😀


Allah Hanya Ingin Kita Belajar

•April 13, 2010 • 1 Comment

Mengapa Allah ciptakan siang dan malam??
Karna Allah ingin kita memahami arti penglihatan

Mengapa Allah ciptakan kemarau dan penghujan??
Karna Allah ingin kita mempelajari nikmatnya air

Mengapa Allah ciptakan Gurun dan Salju ???
Karna Allah ingin mengajari kita bagaimana caranya bertahan

Mengapa Allah ciptakan petir dan pelangi ???
Karna Allah ingin menunjukkan makna keindahan

Mengapa Allah ciptakan darat dan lautan ???
Karna Allah ingin menunjukkan tentang eksplorasi kebermanfaatan

Mengapa Allah ciptakan adam dan hawa ???
Karna Allah ingin kita mengerti arti melengkapi

Mengapa Allah ciptakan pahala dan dosa ???
Karna Allah ingin memberitahu kita tentang konsekuensi perbuatan

Mengapa Allah ciptakan malaikat dan syaitan ???
Karna Allah ingin memahamkan kita tentang pengawasan

Mengapa Allah ciptakan Surga dan Neraka ???
Karna Allah ingin kita belajar tentang hasil akhir

Allah ciptakan perbedaan bukan untuk dibandingkan kelemahannya
Allah ciptakan perbedaan agar semua lebih terasa
Agar kita bisa lebih menghargai yang dimiliki
Agar kita bisa lebih mensyukuri yang telah diberi
Agar kita bisa mendapatkan hikmah diantara keduanya
Agar kita bisa membuatnya bekerjasama dan saling menyangga
Agar kita bisa belajar menerima dan melepaskan

Agar kita sadar bahwa yang abadi hanyalah Allah

Jatinangor, 120410, 0.37

The Real Winner

•April 13, 2010 • Leave a Comment

What we will never do is we will never ever ever ever ever ever give up (Winston Churchill)

Sebenarnya hal yang sudah lama ingin saya bagikan, tapi sempat sejenak terlupakan sampai akhirnya saya kembali teringat dari sekilas pembicaraan bersama seorang teman akrab di telepon. Tentang sebuah percakapan singkat bersama seorang teman (baik) Pakistan ketika dulu saya masih berada di Suwon, Ajou University, Korea Selatan.

Ada sebuah kejadian (saya lupa kejadiannya apa) yang sempat membuat saya ‘feeling guilty’ dan bingung bagaimana bersikap. Mood pun sempat merosot yang akhirnya membuat teman-teman orang Pakistan tadi bertanya-tanya mengenai kemurungan sesaat itu. Dan ada salah satu orang yang berkata kira-kira seperti ini “Whatever you face, just dont show that you are sad. Just live your life, ignore others and just be happy. Thats how to win a race.” Dan saya sempat terdiam sejenak and said “Wow!! You teach me how to be a winner!!”.

Sesampainya di dormitory saya kembali merenungi perkataan teman saya tadi sembari menganalisis sosoknya yang tidak pernah sedikit pun terlihat tidak bahagia ataupun dibawah tekanan. Saya baru menyadari bahwa everything happened to him just turn to be under his control. Dan nilai kemenangan yang tadi sore sempat dia utarakan memang merepresentasikan siapa dirinya.

Begitulah sedikit cuplikan cerita tentang menjadi pemenang. Bahwa menang tidak selalu harus mendapatkan apa yang menjadi taruhan dan harga tertinggi yang ditawarkan. Memang idealnya seorang pemenang adalah si empunya reward yang diumbar-umbarkan diawal kompetisi hidup, tapi itu menjadi tingkat lanjut untuk menjadi pemenang sepenuhnya. Sebenarnya setiap kita dimanapun, kapanpun, dan dalam keadaan bagaimanapun selalu bisa menjadi pemenang jika kita memahami hal penting yang harus dimiliki oleh jiwa-jiwa para pemenang sejati.

Pemenang sejati adalah mereka yang tidak pernah merasa dan memperlihatkan bahwa mereka telah kalah (dan memang tidak pernah ada kosakata kalah dalam kamus hidup mereka).

Pemenang sejati adalah mereka yang dengan ikhlas dan lapang dada menerima kenyataan bahwa mereka harus mendapatkan second position yang dengan kata lain bahwa mereka mengakui ada yang lebih baik dari mereka dan menjadi target pencapaian selanjutnya.

Pemenang sejati adalah mereka yang selalu bisa tersenyum atas kemenangan kompetitornya.

Pemenang sejati adalah mereka yang belajar dari strategi pemenang lain bukan justru mencari-cari kelemahannya.

Pemenang sejati adalah yang selalu memperoleh evaluasi dari kemenangan hari ini untuk tidak pernah berhenti menjadi yang terbaik di kompetisi-kompetisi selanjutnya.

Pemenang sejati adalah yang selalu menghargai kemajuan hasil kemenangannya sesedikit apapun itu.

“If you hit three out of ten, you’re a star. If you get even a little better than that, than you’re a superstar.”
(Marthian Child)

Kalo kata senandungnya Sheilla On 7 “Bila kita jatuh nanti, kita siap tuk melompat lebih tinggi”…

Pemenang sejati tidak pernah mengenal kata akhir dan tidak pernah mengenal kata bosan untuk mencoba terus melompat lebih tinggi!!!

Dare each of yourself to be a winner!!!

Jatinangor, 110410, 23.53

If Only

•April 6, 2010 • Leave a Comment

If Only

If only i can lie to my heart
Obviously i’ve said that i’ve nobody

If only GOD won’t find anything hide in my heart
Probably i’ve been hiding the thing that should not be blow up yet

If only my heart beat just the same like any other ordinary day
Perhaps i won’t be these tired breathing between the beat..

If only people didn’t noticed
May be i can just let my cheek blushed freely

**************************************

But…
these is the real life
It has consequences that i have to keep my feeling away..
For a while…
And for something worth a life time waiting
Untill ‘If only’ turn to be’ the -ing verb’

Just about time..

Jatinangor, 060410, 16.58

Please ya malaikat yaaaa…..

•April 5, 2010 • Leave a Comment

Malaikat,,
Tau gak??
Hari ini aku lagi-lagi ketemu dia,,,
Tapi beneran,, bukan aku yang mencari-cari kesempatan itu..
Tiba-tiba aja dia udah ada didepanku…

Beneran deh malaikat…
Aku udah sekuat mungkin menjaga apa yang terasa didalam sini…
Aku bener-bener menghindarkan diri dari segala bentuk persinggungan sehalus apapun itu…
Aku sampe-sampe rela memutar jalur jalan harianku untuk memperkecil sosok yang bisa mengotori hatiku itu muncul…

Malaikat…
Aku tahu betapa suci engkau dengan segala ibadahmu padanya
Aku tahu betapa percaya Allah dengan mengamanahimu sebagai penilai manusia..
Dan aku juga tahu,, engkau pasti mengerti bahwa pertemuan hari ini hanya setitik rejeki yang menghampiri tanpa aku sadari sebelumnya…
Dan aku pun berusaha secepat mungkin menjauhi hal yang menjadi pemicu rasa di hati itu…

Jadi…
Tolong malaikat..
Jangan sampai engkau salah membuat laporan kepada Allah,,
Please ya malaikat yaaaa…
Aku tidak mau sampai buku amalanku tergoreskan tinta hitam
Aku terus berusaha untuk memagari rasa agar utuh hingga saat takbir tanda berbuka nanti terdengar
Aku tahu aku jauh dari baik
Karna itu lagi-lagi please malaikat… aku hanya ingin mendapatkan seseorang yang sesuai dengan kesepadanan diriku
Kalau saja engkau sampai salah menulis laporan,,
Maka dia yang dipersiapkan untukku pun mungkin akan terus berganti menjadi seseorang yang terpaksa harus menyamai rendahnya nilaiku dihadapan Allah…

Aku tahu aku bukan siapa-siapa
dan hanya pantas mendapatkan yang biasa-biasa saja
Maka dari itu,, kembali aku ingatkan malaikat,,
Jangan sampai salah menulis dengan menggunakan tinta hitam..
Karna aku berharap dengan usahaku Allah akan memberikan bonusnya dan bersedia menyandingkanku dengan seseorang yang bisa membimbingku untuk perlahan mewarnai hari tanpa adanya goresan tinta hitam lagi…

Terima kasih malaikat atas kerjasamanya…
Titip dia yang terbaik untukku yaa….

Wassalaamu’alaikum malaikat….

Jatinangor, 050410, 15.34

Hujan Sore ini

•March 30, 2010 • 1 Comment

Aduh,,, pasti pada komen, lagi2 tentang hujan,, iya memang,, akhir2 ini hujan menyapa lebih sering,, sepertinya hujan sadar bahwa bumi mulai kekurangan kelembaban, tapi mungkin hujan juga sedikit lupa jika terus menerus berkunjung maka bumi pun tidak sempat untuk membereskan bekas kunjungan lalu untuk selanjutnya mempersiapkan diri menerima kedatangan hujan kembali. Walhasil banjir dimana2 deh,,

 

Hujan sore ini tepat sesaat sebelum saya tiba disebuah kedai makan “Ayam Bakar Padang”. Karena memang punya kebiasaan jelek tidak suka membawa payung jadilah saya menunggu hingga hujan bersedia menyurutkan sedikit debit massa yang jatuh ke bumi. Sembari menunggu, ada beberapa pembeli yang datang memilih ayam yang telah direbus dan dibumbui sebelumnya. Karna memang sedang tidak ada yang dikerjakan, mengamati menjadi aktivitas saya saat itu.

 

Sejauh ini masih belum ada initinya yaa,, hahahaha.. terus baca,, siapa tau ada yang bisa diambil nanti…

 

Kemudian sampailah pada pengunjung ke sekian. Adalah seorang anak kecil dengan payungnya yang datang dan sempat kikuk dan memikirkan apa yang harus ia lakukan pertama kali. Ibu (yang biasa kami panggil UMMY) penjual sedang berada di dapur dan tinggallah anak perempuannya yang sedang membalik2kan ayam yang sedang dibakar. Adik tadi sempat bingung sejenak. Ingin rasanya saya hampiri dan saya tuntun anak tersebut untuk memilih ayam jika saja sesaat kemudian dia masih tetap bingung harus bagaimana. Namun akhirnya tangannya pun bergerak mulai memilih ayam.

* Jangan biarkan pembeli kebingungan, coba hampiri dan tanya apa yang diinginkan,, Untuk menghindari ke-kikuk-an dan kebingungan pelanggan serta untuk menghindari raut wajah yang menunjukkan keasingan mereka di tempat makan tersebut.*

 

Setelah ayam dipilih dan diletakkan diatas piring menunggu giliran untuk segera dibakar dan disajikan, adik itu bingung harus melakukan apalagi. Ia tau ia harus menunggu, namun dimana?? Sebenernya terlihat olehnya ada bangku kosong didekat saya, namun sepertinya ia terlalu sungkan untuk berjalan ke arah saya *maklum anak kecil malu2 kucing*. Karna saya benar2 tidak betah melihat anak tersebut untuk beberapa menit berdiri (dan karna hujan pun mulai mengulurkan tangan persahabatan dengan meredakan sedikit debit airnya), saya pun berdiri meninggalkan kursi panas (yang memang benar2 menghangat karna terlalu lama diduduki) saya dan berdiri menghampirinya.

 

Dengan sedikit berakting melihat2 keadaan sekitar yang memungkinkan saya untuk berlari menuju kosan, saya pun bertanya “Adek, sendirian aja?”, dijawab dengan senyum malu2. “Aduh,, banjir ya” (sembari berakting ria). “Adek kenapa gak duduk?? Itu tuh disitu ada kursi, capek lho.” Kemudian (belajar dari pengalaman) saya tinggalkan dia dan berlari kekosan berkejar2an dengan hujan persis seperti gaya dalam film Korea *atau lebih tepatnya India* sembari mendongak keatas dan menikmati air yang sudah membasahi kaki dan wajah saya. Nikmat… Segar… Senang…

 

Apakabar dengan adik tadi?? Saya harap dia tidak menyia2kan usaha saya agar ia tidak malu2 lagi menempati kursi panas yang tersedia,,

 

Gak tau ya teman2, dari dulu saya terlalu sensitif untuk tidak sedih dan tidak terpikir nasib anak2 yang berjalan sendirian atau belanja sendirian. Mungkin bagi mereka itu adalah suatu kebanggaan bisa melakukan transaksi sendiri dengan menggunakan uang yang dikeluarkan dari kantong mereka sendiri (karna saya juga dulu begitu), tapi saya selalu memandang iba, seolah tidak ada orang tua yang melindungi mereka. Karna memang disekitar saya banyak anak2 kecil dari dulu sampai sekarang (dan saya sangat suka berinteraksi dengan wajah2 polos mereka), saya benar2 tidak tega melihat anak2 yang berjalan ataupun melakukan aktivitas sendirian, rasanya ingin selalu menemani dimanapun mereka berada. Apalagi jika terkadang ditambah wajah iba mereka. Tidaaaaakkkkkk!!! Jangan pasang wajah itu!! Karna sering sekali saya tersentuh ketika melihat anak kecil, saya pun berazam kelak ketika saya telah menjadi ibu, akan saya temani kemanapun mereka pergi, dan tidak telat menjemput ketika mereka pulang sekolah, les atau sebagainya. Saya harap teman2 yang membaca juga bisa berlaku demikian, kasian anak2 kecil yang belum mengerti apa2 dan masih belum sepenuhnya berani menghadapi dunia luar.

 

Semoga bermanfaat yaa..
Sedikit ataupun banyak semoga bisa diambil hikmahnya..

 

Jatinangor, 290310, 18.40


 

Tak Seperti Cipratan Air Hujan

•March 27, 2010 • 2 Comments

hujan

Jatuh membasahi bumi
Menutupi seluruh permukaan yang sempat bertemu
Mengisi ruang-ruang kosong dengan sempurna
Mengikis keangkuhan segala yang ada dalam jangkauannya
Sebelum akhirnya menutup pandangan dengan titik2 pias uap air sejauh mata menelisik

 

Itulah hujan

 

Hujan yang aku sukai
Yang memberikan rasa damai di hati
Seolah sejenak melepas penat-penat diri
Dalam rangkaian tetes air meluruhi bumi tanpa henti
Dan tak pandang bulu

 

Membuat dua menjadi satu
Menemukan yang berada diatas ruang langit kepada bumi sebagai alasnya
Meneduhkan manusia yang tak saling mengenal dibawah satu kanopi
Menyadarkan batu atas ketidakmampuan diri menghalau kekuatan air menjadikannya perlahan tiada

 

Hujan, air, tetes, adalah hebat

 

Tapi tidak dengan cipratan air hujan
Yang sore ini kulihat menyirami jalan yang aku lalui
Menebarkan bau tanah disekitar
Meniadakan polusi yang seringnya menghambat sirkulasi udara

 

Tidak,,
Tidak seperti cipratan air hujan
Yang Sesaat memberikan sensasi bersih
Namun selanjutnya menyisakan sisa2 titik air coklat pada kaca jendela rumah
Menyisakan noda semu bulat pada roda kendaraan
Menutup pandang seolah tanpa polusi

 

Tidak seperti cipratan air hujan
Yang hanya memberi kebahagiaan dalam hitungan detik-detik detak waktu
Dan meninggalkan kerja pembersihan sisa-sisa jejak air

 

Tidak,,
Aku tidak ingin merasakan cipratan air hujan
Yang aku inginkan hujan yang sebenarnya
Yang benar-benar mengguyuri segala kelelahan kalbu
Dan meninggalkanku dengan senyum kesegaran

 

Hujan yang bisa memperbaharui aku dan hatiku
Tidak untuk sesaat tapi berlanjut selamanya

 

Jatinangor, 270310, 23.04

 

To Be A Big Guy

•March 21, 2010 • Leave a Comment

“Orang besar mengambil keputusan besar”

 

Pernah denger kalimat itu?? pasti pernah kan yaaa,,,
Yeap, itu salah satu contoh bahwa menjadi besar tidak semudah membalikkan telapak tangan, menjadi besar butuh usaha yang besar juga untuk mengambil keputusan yang besar. Menjadi besar mewajibkan kita untuk bersentuhan dengan hal-hal besar seperti bermimpi besar, berpikir besar, melangkah lebar, bersosialisasi luas, keberanian yang benar-benar besar, dan pastinya berani mengambil keputusan yang besar.

 

Keputusan berkaitan erat dengan pilihan. Keputusan muncul setelah dihadapkannya kita pada lebih dari satu pilihan yang membuat kita harus menentukan prioritas dengan mendahulukan yang satu dari lainnya. Ngomong-ngomong tentang keputusan, saya jadi ingat dengan percakapan bersama seorang sahabat SMA. Dulu ketika saya sedang bingung untuk memutuskan sesuatu (saya lupa apa), saya bertanya pada sahabat tersebut tanpa memaksa saya untuk bercerita detailnya. Tanpa panjang lebar (seperti karakter cowok pada umumnya yang tidak berbelit2), dia berkata “Pilihan itu Cuma dua : BENAR atau SALAH”.. meninggalkan saya dalam diam,, bener banget yaa,,, pilihan itu Cuma dua,, bener atau salah,, no more,.. Dan sahabat saya pun meneruskan “Kalo lo udah menjadikannya pilihan lo, pertahankan aja n jangan disesali.” And for me,, semua pilihan would turn to be right and it depends on me. A lot of work left to make what things that appears as a wrong choice became a right one.. Yang nantinya malah mendulang apresiasi dari sekitar bahwa pilihan yang kita ambil tidak ada salahnya..

 

Nah sekarang apa hubungannya dengan judul tulisan saya?? Intinya ini tentang memilih, seni memilih, bermain dengan resiko and later become a big guy or used to named as Success person.. 😀 Mau jadi orang sukses?? Harus jadi besar.. dan siap untuk mengambil keputusan besar serta menanggung konsekuensinya di depan sana. Semua pasti ada deal2-annya, ada hal yang harus dipertaruhkan dan dikorbankan untuk mendapat sesuatu yang lain. Memang sudah hukum kehidupannya begitu..

 

Untuk lebih memperjelas, ada beberapa cerita mengenai pengambilan keputusan besar. Ada seorang rekan kerja yang belum lama saya kenal, rekan tersebut merupakan seseorang yang cukup menarik dan pintar. Kebelakang ini saya baru tau bahwa rekan saya itu pernah memilih untuk melepaskan pendidikan tingginya (yang biasa dy istilahkan sebagai men-DO-kan diri) karna ketertarikan bisnis yang benar2 tidak kuasa untuk dihindari. Dan ekspresi saya kala itu “WOW!!!! Berani sekali!!”,, yeap, saya yang sedikit EO (Education Oriented) sempat tidak habis pikir dengan keberaniannya untuk melakukan yang tidak pernah terlintas dalam benak saya.

 

Pada awalnya seperti yang bisa teman2 tebak, orang tuanya sama sekali tidak setuju bahkan sempat dijauhi (well, kalo saya pribadi bisa2 didelete dari silsilah keluarga mungkin yaa,,, *hehehe..lebay*), rekan saya pun (tidak munafik) sempat ngeri juga, ditambah lagi dengan penerimaan keluarga yang begitu negatif, namun hal tersebut menjadi energi baginya untuk terus berusaha dan bekerja keras memberikan bukti bahwa pilihan yang diambil tidak akan mengecewakan kelak. And seee,,,,,, dy benar2 berhasil!! Rekan saya tersebut pernah menggeluti bisnis rongsokan hingga mendulang untung 4jutaan/hari. WOW!! (lagi2 ekspresi ini yang bisa saya tunjukkan). Dan masih banyak lagi pengalaman2 hebat lainnya yang sudah ia alami sebagai mahasiswa yang men-DO-kan diri dan terjun di dunia bisnis, hingga saat ini dy menjadi seorang trainer hebat yang menjadi salah satu inspirasi saya dalam public speaking and manajemen massa.

 

Cerita diatas cukup mewakili penjabaran saya diawal bahwa semua ada konsekuensinya,, dan banyak orang besar melalui pengambilan keputusan yang besar pula,, Jangan pernah takut untuk mengambil resiko coz all the way to be success worth some risk to be passed and only a big guy can go through this…

 

“Would you like me to give you a formula for success? It’s quite simple, really. Double your rate of failure. You are thinking of failure as the enemy of success. But it isn’t at all. You can be discouraged by failure or you can learn from it, So go ahead and make mistakes. Make all you can. Because remember that’s where you will find success.”
– Thomas J. Watson

 

Jatinangor, 210310, 20.01